🦠 Dunia Kembali Siaga: Virus Nipah-25 Muncul di Bangladesh dan India Timur
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menetapkan status Darurat Kesehatan Global setelah konfirmasi wabah virus baru yang disebut Nipah-25 di wilayah Bangladesh dan India Timur (Benggala Barat dan Bihar). Wabah ini telah menewaskan 47 orang dari 132 kasus terkonfirmasi, dengan tingkat kematian mencapai 35%, menjadikannya salah satu virus paling mematikan pasca COVID-19 dan Marburg 2023.
🔍 Apa Itu Nipah-25?
Nipah-25 merupakan varian mutasi dari virus Nipah yang sebelumnya hanya menular melalui kontak langsung dari hewan ke manusia (zoonosis), khususnya dari kelelawar buah (Pteropus). Namun, mutasi baru ini menunjukkan:
-
Kemampuan penularan antarmanusia melalui aerosol (droplet pernapasan)
-
Masa inkubasi pendek: 2–5 hari
-
Gejala berat seperti demam tinggi, kejang, edema otak, dan kehilangan kesadaran
WHO menyebut mutasi ini sebagai “rekomendasi tertinggi untuk tindakan global,” serupa dengan penanganan awal Ebola dan COVID-19.
🏥 Langkah Darurat di Asia Selatan
Pemerintah Bangladesh dan India telah:
-
Menutup sekolah, tempat ibadah, dan transportasi umum di zona merah
-
Menetapkan kebijakan lockdown terbatas di Dhaka, Rajshahi, Kolkata, dan Patna
-
Menyiapkan lebih dari 300 rumah sakit rujukan dan karantina nasional
-
Mengerahkan tentara untuk menjaga perbatasan dan mengatur distribusi medis
India mengklaim telah mulai uji klinis tahap awal untuk vaksin berbasis mRNA yang dikembangkan oleh Bharat Biotech, bekerja sama dengan universitas Jerman.
✈️ Tanggapan Global dan Pembatasan Perjalanan
Beberapa negara telah menetapkan pembatasan perjalanan:
-
Uni Eropa memberlakukan larangan masuk bagi pelancong dari Bangladesh dan sebagian India
-
Singapura, UEA, dan Jepang memperketat proses karantina internasional
-
Australia kembali menerapkan “biosecurity protocol level 3” di seluruh bandara
WHO mengingatkan bahwa pembatasan perjalanan harus proporsional dan berbasis sains, sembari mendorong solidaritas internasional.
🔬 Tantangan Penanganan: Vaksin & Diagnostik Terbatas
-
Tidak ada vaksin atau terapi antiviral spesifik yang saat ini disetujui untuk Nipah-25
-
Deteksi hanya bisa dilakukan lewat PCR kuantitatif di laboratorium tingkat tinggi (BSL-4)
-
WHO mendesak produsen vaksin global seperti Moderna dan Pfizer untuk memulai riset kolaboratif darurat
Dr. Soumya Swaminathan, kepala peneliti WHO, menyatakan:
“Waktu kita sedikit. Jika respons global tidak cepat, Nipah-25 berpotensi menjadi pandemi.”
🧠 Asal Mula & Perubahan Ekologis
Ahli ekologi mencatat bahwa penyebaran virus ini sangat mungkin terkait:
-
Konflik lahan dan deforestasi yang mendorong migrasi kelelawar ke permukiman manusia
-
Kondisi urban padat di Asia Selatan yang mempercepat penyebaran aerosol
-
Perubahan pola cuaca dan suhu akibat krisis iklim yang memicu proliferasi virus
📌 Kesimpulan
Wabah Nipah-25 menegaskan kembali bahwa dunia masih sangat rentan terhadap virus zoonosis yang mengalami mutasi cepat. Meski belum menyebar secara global, kombinasi tingkat kematian tinggi dan penularan cepat menjadikan ancaman ini sangat serius. Respons bersama antarnegara, riset vaksin, dan kesiapsiagaan publik akan menjadi penentu apakah krisis ini bisa ditahan sebelum menjadi pandemi.