
09 Juli 2025
Tren gaya hidup vegan mengalami lonjakan signifikan di kalangan generasi muda Indonesia sepanjang 2025. Data dari Badan Riset Konsumen Makanan dan Gizi Indonesia menunjukkan bahwa jumlah warga Indonesia yang menjalani pola makan berbasis nabati meningkat hingga 42% dibanding tahun 2022, dengan mayoritas berasal dari kalangan usia 20–35 tahun, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali.
Tak lagi sekadar tren diet, veganisme kini berkembang menjadi filosofi gaya hidup yang menyentuh aspek lingkungan, etika, dan kesehatan secara menyeluruh.
Alasan di Balik Perubahan Gaya Hidup
Berdasarkan wawancara dan survei lapangan, ada beberapa alasan utama yang mendorong generasi muda beralih ke gaya hidup vegan:
-
🌱 Kesadaran Lingkungan
Produksi daging dan susu menyumbang emisi karbon tinggi. Generasi muda kini lebih peduli pada jejak karbon individu. -
🧠 Kesehatan Mental dan Fisik
Studi menunjukkan diet nabati membantu menurunkan risiko kolesterol tinggi, tekanan darah, hingga meningkatkan mood dan energi harian. -
🐄 Etika Terhadap Hewan
Video edukasi tentang industri peternakan intensif memicu empati dan keinginan untuk menjalani hidup yang bebas dari kekerasan terhadap makhluk hidup. -
📱 Pengaruh Media Sosial dan Komunitas Online
Influencer seperti Rae Sita, Kiki Vegan, dan Arya PlantPower punya jutaan pengikut dan rutin berbagi resep serta edukasi hidup vegan di Instagram dan TikTok.
Ekosistem Vegan yang Semakin Berkembang
Seiring meningkatnya minat, kota-kota besar kini semakin ramah vegan. Beberapa perkembangan yang mencolok:
-
🍛 Restoran vegan bertumbuh cepat: dari 100-an outlet pada 2022 menjadi lebih dari 350 pada pertengahan 2025
-
🛍️ Produk plant-based lokal meningkat: seperti tempe keju, rendang jamur, susu oat dari Indonesia
-
🧃 Gerai makanan cepat saji internasional di Indonesia mulai menyediakan opsi vegan di menunya
-
📦 Startup makanan vegan seperti Tanibox dan VeeGoods tumbuh pesat dengan layanan langganan meal plan vegan
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meski berkembang, gaya hidup vegan masih menghadapi tantangan seperti:
-
Kurangnya edukasi di sekolah tentang gizi berbasis nabati
-
Anggapan “vegan itu mahal” di kalangan menengah bawah
-
Stigma sosial yang menganggap vegan sebagai gaya hidup elit
Namun sejumlah komunitas seperti Vegan Society Indonesia dan Kolektif Hijau aktif menggelar workshop, demo masak, dan kegiatan sosial untuk memperluas pemahaman masyarakat.
Dukungan dari Pemerintah dan Lembaga Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI mulai memasukkan edukasi tentang alternatif pangan nabati dalam kurikulum gizi keluarga. Sementara itu, sejumlah rumah sakit swasta mulai menyediakan menu plant-based untuk pasien, sebagai bagian dari terapi diet.
Kesimpulan
Gaya hidup vegan di Indonesia bukan lagi sekadar tren pinggiran, tetapi telah menjadi arus utama dalam transformasi gaya hidup sehat, sadar, dan berkelanjutan. Generasi muda memimpin perubahan ini, membuktikan bahwa pilihan makanan bisa menjadi bentuk kepedulian terhadap bumi, tubuh, dan sesama makhluk hidup.
Ke depan, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pusat inovasi vegan di Asia Tenggara, dengan cita rasa lokal yang kaya dan keberagaman bahan nabati yang melimpah.