China secara resmi memulai uji coba DragonLink, sistem internet satelit nasional yang digadang-gadang sebagai pesaing langsung Starlink milik SpaceX. Proyek ini menjadi langkah strategis Beijing untuk membangun jaringan komunikasi global yang mandiri, aman, dan bebas dari kontrol asing.
Teknologi di Balik DragonLink
DragonLink terdiri dari lebih dari 8.000 satelit orbit rendah (LEO) yang ditempatkan di ketinggian 550–1.200 km.
Keunggulannya meliputi:
-
Kecepatan internet hingga 1,5 Gbps
-
Latensi rendah di bawah 25 ms untuk game online dan video konferensi
-
Enkripsi kuantum demi keamanan data tingkat tinggi
-
Cakupan global, termasuk wilayah terpencil dan perairan internasional
Sistem ini dikendalikan langsung oleh Badan Antariksa Nasional China (CNSA) bekerja sama dengan perusahaan teknologi besar seperti Huawei dan CASC.
Tujuan dan Signifikansi
-
Kedaulatan digital: Mengurangi ketergantungan pada infrastruktur internet asing
-
Peningkatan konektivitas pedesaan di wilayah terpencil China
-
Dukungan misi luar negeri, termasuk kapal, pesawat, dan basis penelitian Antartika
-
Penguatan keamanan nasional dalam era perang siber
Potensi Pasar dan Persaingan
DragonLink diproyeksikan akan menyaingi Starlink, OneWeb, dan Amazon Kuiper di pasar global. China juga berencana menawarkan layanan ini ke negara-negara mitra Belt and Road Initiative (BRI), memberikan alternatif murah untuk internet satelit.
Analis telekomunikasi memprediksi, jika berhasil, DragonLink dapat meraih 100 juta pengguna global pada 2030.
Tantangan yang Dihadapi
-
Regulasi internasional terkait alokasi orbit dan spektrum
-
Risiko tabrakan satelit di orbit rendah akibat kepadatan lalu lintas
-
Persaingan ketat dengan perusahaan swasta yang sudah lebih dulu beroperasi
Kesimpulan:
Uji coba DragonLink menunjukkan ambisi China untuk menjadi kekuatan utama dalam teknologi komunikasi global. Jika berhasil, sistem ini tidak hanya akan memperkuat infrastruktur digital nasional, tetapi juga mengubah peta persaingan internet satelit dunia.