Pulau Tidore, terletak di sebelah barat Pulau Halmahera dan hanya sepelemparan batu dari Pulau Ternate, merupakan salah satu permata sejarah dan alam yang luar biasa di Provinsi Maluku Utara. Sebagai pusat Kesultanan Tidore yang pernah berjaya di masa lampau, pulau ini menyimpan kisah kejayaan rempah-rempah, kearifan lokal, dan bentang alam yang memukau. Dengan latar megah Gunung Tidore (Kie Matubu) dan laut biru yang mengelilinginya, Tidore adalah destinasi wisata budaya dan petualangan yang memikat.
Sejarah Gemilang Kesultanan Tidore
Kesultanan Tidore adalah salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara, yang berdiri sejak abad ke-13 dan memainkan peran besar dalam perdagangan rempah-rempah global. Tidore pernah menjalin hubungan diplomatik dengan Spanyol dan menjadi saingan kuat Kesultanan Ternate dalam pengaruh politik dan ekonomi di kawasan Maluku.
Situs sejarah yang dapat dikunjungi di Pulau Tidore antara lain:
-
Istana Kesultanan Tidore, pusat pemerintahan tradisional dan tempat penyimpanan benda pusaka kerajaan.
-
Benteng Tahula, peninggalan Portugis dan Spanyol yang menjadi saksi perebutan kekuasaan di era kolonial.
-
Makam Sultan Nuku, pahlawan nasional yang memimpin perlawanan terhadap Belanda dan dikenal karena strategi perjuangannya yang cerdas dan diplomatik.
Sultan Nuku tidak hanya tokoh lokal, tetapi juga ikon perlawanan nusantara, dan namanya kini diabadikan dalam berbagai institusi pendidikan dan kebudayaan nasional.
Keindahan Alam yang Damai dan Menawan
Pulau Tidore menyuguhkan bentang alam yang menyejukkan mata dan menenangkan jiwa. Gunung Tidore (Kie Matubu) adalah gunung berapi tertinggi di pulau ini, yang sekaligus menjadi simbol identitas dan spiritualitas masyarakat lokal. Pendakian ke gunung ini menjadi tantangan menarik bagi pecinta alam, dengan pemandangan spektakuler dari puncaknya.
Selain gunung, Tidore juga menawarkan:
-
Pantai Soasio, dengan pasir putih dan air laut jernih, cocok untuk berenang dan bersantai.
-
Pantai Ake Sahu, yang terkenal dengan mata air panas alami di tepi laut, sangat cocok untuk berendam sambil menikmati panorama laut.
-
Desa Gurabunga, sebuah desa adat di lereng gunung dengan suasana tradisional yang masih kental dan pemandangan alam yang memukau.
Budaya Lokal dan Kehidupan Harmonis
Masyarakat Tidore hidup dalam nuansa adat dan spiritual yang kuat. Sistem sosial masih berlandaskan pada nilai-nilai adat, Islam, dan gotong royong, menjadikan komunitas di sini sangat ramah dan terbuka pada wisatawan.
Upacara adat seperti Doa Tolabalangi, Kololi Kie, dan Festival Tidore rutin digelar, menyatukan unsur budaya, sejarah, dan keagamaan dalam satu perayaan besar yang penuh warna. Wisatawan dapat menikmati tarian tradisional, musik tabuhan tifa, dan parade budaya yang menggambarkan kebesaran Kesultanan Tidore.
Kuliner Khas Tidore
Tak lengkap menjelajahi Tidore tanpa mencicipi kuliner lokal. Beberapa makanan khas yang wajib dicoba antara lain:
-
Papeda kuah kuning, disajikan dengan ikan tongkol atau bubara.
-
Gohu ikan, hidangan segar dari ikan mentah yang diberi perasan jeruk dan rempah.
-
Sagu lempeng dan bagea kenari, camilan khas Maluku yang pas dinikmati sambil minum teh sore hari.
Akses dan Akomodasi
Untuk mencapai Pulau Tidore, wisatawan dapat terbang ke Bandara Sultan Babullah di Ternate, kemudian melanjutkan perjalanan sekitar 15–30 menit dengan kapal cepat atau perahu tradisional dari Pelabuhan Bastiong. Pulau ini mudah dijelajahi dengan kendaraan roda dua atau mobil sewaan.
Akomodasi di Tidore semakin berkembang, mulai dari penginapan sederhana, homestay di desa wisata, hingga hotel berbintang yang menawarkan pemandangan laut dan gunung.
Penutup
Pulau Tidore adalah pertemuan harmonis antara sejarah besar dan alam yang indah. Di sini, jejak masa lalu bercampur dengan keramahan masa kini, menghadirkan pengalaman wisata yang mendalam dan bermakna. Bagi siapa saja yang ingin menyelami kebesaran Nusantara dari tempat yang damai dan autentik, Tidore adalah jawabannya.
Jelajahi Tidore, rasakan nafas sejarah, dan temukan ketenangan sejati di jantung Maluku Utara.